Article Details

Temukan inspirasi dan wawasan seputar perhotelan, kapal pesiar, dan industri pariwisata di Article kami. Langkah kecil menuju sukses dimulai di sini.

Pertempuran Laut Kapal Perang Terdahsyat Sepanjang Masa

Pertempuran laut kapal perang mungkin akan terdengar asing di telinga. Tetapi pada faktanya ada sejarang panjang dan mengerikan dibalik dahsyatnya pertempuran di atas samudra itu. Laut menjadi wilayar teritori suatu negara yang saat ini memiliki tingkat pengawasan yang sangat ketat. Jalur laut memang menjadi jaur yang potensial untuk melakukan berbagai ativitas yang menguntungkan, contohnya adalah jalur perdagangan gelap.

Kapal perang sendiri memiliki sejarah yang panjang. Bangsa barat seperti Spanyol dan Portugal menggunakan kapal perang dengan jenis galleon digunakan untuk menjelajah samudera, digunakan untuk mengangkut hasil dagangan atau bahkan jarahan, sekaligus digunakan untuk berperang baik terhadap armada dagang saingannya, bajak laut, atau bahkan penguasa lokal yang tidak tunduk pada mereka.

Pada abad-abad yang diawal, penjelajahan ini yang yang mengawali sejarah panjang itu, kemudian berlanjut menjadi abad penjajahan terhadap bangsa lain dan mendirikan koloni-koloni baru.

Tetapi pada masa sekarang, khususnya negara-negara yang memiliki kawasan perairan luas, kebutuhan membangun Angkatan Laut dengan dilengkapi armada kapal-kapal perang menjadi penting. Tetapi membangun angkatan laut membutuhkan biaya dan sumber daya yang tidak sedikit. Maka memerlukan peran pemerintah dalam keputusan besar ini. Khususnya bagi mereka yang ingin melindungi wilayah perairannya.

Berikut adalah beberapa tragedi pertempuran kapal perang terdahsyat sepanjang masa.

 

Perang Kapal Laut Terbesar Sepanjang Masa

 

  1. Perang Atlantik

Pertempuran Atlantik yang merupakan kampanye militer terlama dalam sejarah Perang Dunia II, berlangsung dari awal hingga berakhirnya perang, tepatnya September 1939-Mei 1945. Pertempuran Atlantik ini bertujuan melindungi lalu lintas kapal dagang Britania Raya di Samudra Atlantik dari serangan U-boat dan kapal perang Jerman.

 

U-boat dalam Bahasa Jerman ditulis U-Boot, merupakan singkatan dari Unterseeboot atau undersea boat, sebuah kapal perang selam yang beroperasi di bawah permukaan laut.

 

Britania Raya mulai menerapkan strategi konvoi kapal dagang yang dikawal oleh kapal perang sejak 2 September 1939. Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill pada 6 Maret 1941 menyebut Pertempuran Atlantik sama pentingnya dengan Pertempuran Britania.

 

Pada awal periode pertempuran, Britania Raya mengalami kerugian besar akibat banyaknya kapal dagang mereka yang berhasil ditenggelamkan oleh Jerman. Posisi Britania Raya semakin sulit ketika Jerman mulai menguasai Prancis pada pertengahan tahun 1940, kemudaian dari sana mulailah pelabuhan Prancis dijadikan sebagai markas U-boat pasukan-pasukan Jerman.

 

Pada akhirnya Britania Raya mulai membalikkan keadaan ketika Amerika Serikat dan Kanada ikut membantu mengawal konvoi Atlantik. Dengan perkembangan teknologi yang ada, pasukan Britania Raya mulai berhasil untuk memburu kapal selam serta komunikasi rahasia Jerman yang bocor semakin membuat Britania Raya mendapatkan posisi yang unggul dalam Pertempuran Atlantik tersebut.

 

  1. Petempuran Jutlandia

Di tahun-tahun sebelum Perang Dunia I, Inggris dan Jerman berlomba untuk saling mengalahkan dan menghasilkan armada kapal tempur dreadnought yang sangat besar. Inggris memenangkan perlombaan, tetapi tidak bisa mengabaikan kekuatan Armada High Seas Fleet Jerman. Ketika perang dimulai, Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengumpulkan sebagian besar kapal perang modernnya ke dalam Armada Grand Fleet yang berbasis di perairan Scapa Flow.

 

Kedua belah pihak ini bertempur hampir sepanjang sore. Jerman mengerahkan 16 kapal tempur dreadnought, 6 kapal tempur pra-dreadnought, dan 5 kapal jelajah tempur. Sedangkan Inggris lmenurunkan 28 kapal armada tempur dreadnought dan 9 kapal jelajah tempur.

 

Banyak pihak di angkatan laut Inggris dan Jerman mengenang pertempuran Jutlandia sebagai pertempuran penuh dengan kekecewaan. Scheer maupun Jellicoe pemimpin kedua belah pihak percaya mereka telah melewatkan kesempatan untuk saling menghancurkan armada musuh. Namun, kedua pihak kehilangan empat kapal tempur jelajah dan kapal tempur pra-dreadnought.

 

  1. Pertempuran Calabria

Sebagian besar pertempuran di lautan Mediterania sepanjang Perang Dunia II terjadi karena hasil dari perlindungan konvoi. Italia perlu mengawal konvoi mereka ke Libia, sementara Inggris perlu mengawal konvoi ke Malta dan mengarah ke timur.

 

Pada Juli 1940, setelah kehancuran armada Prancis di Mers-el-Kebir, pengawal dua konvoi bertemu satu sama lain dalam pertempuran. Armada Italia yang terdiri dari kapal tempur Giulio Cesare, Conti di Cavour, dan berbagai kapal kecil melawan konvoi Inggris termasuk HMS Warspite, HMS Malaya, HMS Royal Sovereign, kapal induk HMS Eagle, dan sejumlah pengawalan terkait.

 

Italia memiliki keuntungan awal karena penyebaran kapal-kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris berarti hanya Warspite yang bisa menembak armada Italia. Warspite menghadapi kapal musuh dan mendapat serangan dari Giulio Cesare ketika Malaya dan Royal Sovereign bergegas membantu.

 

Setelah beberapa kali gagal, Warspite akhirnya menyerang dengan salah satu tembakan terpanjang dalam sejarah artileri angkatan laut. Serangan ini mampu meledakkan ranjang amunisi di dek Giulio Cesare. Serangan ini mengakibatkan hilangnya kecepatan yang memaksa kapal Italia keluar dari armada. Akibatnya, Italia tak lagi memiliki keuntungan. Karena sisa armada mereka 3 banding 1, kapal-kapal Italia yang tersisa akhirnya meutusakan untuk mundur.

 

Meskipun Italia gagal mencetak kemenangan dalam pertempuran ini, mereka menunjukkan Angkatan Laut Kerajaan Inggris tidak dapat beroperasi di Mediterania tengah tanpa pengawalan khusus. Penambahan dua kapal tempur yang baru dan modern di bulan-bulan selanjutnya akan memberikan keuntungan besar bagi Italia.

 

Dengan serangan udara di Taranto untuk memperbaiki keadaan hanya sementara waktu. Pasukan Sekutu tidak dapat mengklaim supremasi angkatan laut di Mediterania hingga 1943, ketika armada Italia akhirnya harus menyerah di Malta.

Pertempuran Laut Kapal Perang terdahsyat ini tercatat di buku-buku sejarang masing-masing negara, khususnya di pihak militer kelautan mereka.